Ditengah hari hari yang sibuk itu. Saat senja mulai terlihat dimana aku tau dia sudah mulai meninggalkan rutinitas kesibukannya. Mulai ku tulis pesan singkat untuknya kembali. Dari segala bentuk ungkapan perasaan sudah mulai mudah untuk disampaikan. Alhamdulillah kali ini dijalan yang sama. Dengan pemikiran yang sama sama untuk menuju puncak. Subhanallah. Begitu maha besarnya beliau membolak balikkan hati.
Hari itu, hari pertama aku berbicara langsung dengannya. Meski hanya melalui telepon genggam rasanya sudah sangat dekat sekali. Awalnya memang sedikit canggung berbicara dengan orang yang jauh lebih dewasa dariku. Tanpa basa basi diceritakan sedikit kisah hidupnya yang menurutku sangat mengagumkan. Diceritakan suka dukanya. Mulai dari perjalanan karir bahkan sampai seisi keluarganya yang membuatku lebih mudah untuk mengenal siapa dia sebenarnya.
Sungguh takjub mendengar semua perkataan yang dikeluarkan dari bibirnya. Alhamdulillah aku sangat bersyukur bisa mengenal dia lebih jauh . Memetik hikmah dari live cerpen singkatnya itu.
Satu yang membuatku heran adalah ketika ia mulai sibuk dengan tugas kuliahnya tanpa memperdulikan ocehan orang orang disekitarnya. Meninggalkan kesibukan bersama teman temannya yang belum tentu ada manfaatnya. Si kutu buku. Julukan yang paling tepat untuk seseorang yang sering mengunjungi perpustakaan hingga merasa nyaman serasa dikamar sendiri. Terkadang sempat tertidur juga disana. Katanya. Bukti terlalu sibuknya mengejar karier. Demi menuntaskan semua nilai nilai tugasnya. Itu mungkin yang harus aku lakukan tiga-empat bulan kedepan. Sebelum menempuh ujian nasional. Mungkin aku perlu mencontohnya dalam hal itu. Semoga saja dengan ikhtiar dan usaha yang dilakukan bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Tentunya tidak melupakan nilai kejujuran yang sudah diajarkan oleh agama.
Tidak hanya itu. Masih ada cerita haru. Hingga meneteskan air mata ketika percakapan itu berlangsung. Katanya ia menyesal karena belum bisa membalas semua kebaikan ayahnya hingga akhirnya ayahnya meninggal. Dia hitung juga usia ibunya. Yang menurutnya tidak lama lagi akan bertemu sang Pencipta. Rasanya ingin segera cepat dewasa. Agar aku bisa masuk ke dalam kehidupannya. Akan kujunjung bakti untuk orang tuanya. Sosok ibu yang sudah mendidiknya dengan baik selama ini. Ada rasa kegelisahan juga disitu. Yang tidak menutup kemungkinan ia harus pergi meninggalkan ku suatu saat nanti. Dengan umurnya yang sudah matang mungkin saja dia meninggalkan anak kecil seperti aku. Karena semua orang mempunyai pilihan untuk hidupnya.
Namun disisi lain aku masih memegang perkataannya kala itu. Jikalau Allah berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin baginya. Buktinya kakak ku yang menikah terpaut umur 9 tahun juga tidak masalah. Jadi fighting lebih berfikir positif saja akan hal itu. Jodoh sudah dituliskan sebelum kita lahir dibumi. Tinggal menunggu waktu. Iman kepada Allah. Percayalah semua itu akan segera terlaksana. Kita hanya perlu bersabar,bedoa dan terus menunggu.
Senja masih tentangmu.
10/12/2018
17:00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar