Kamis, 13 Februari 2020

InisialR Lembar 4

          Kecewa, satu kata yang tergambarkan saat ini. Dimana kamu mulai memperlihatkan sifat aslimu yang ketus, kasar, bahkan terhadap orang tuamu sendiri. Namun disini aku tetap yakin aku akan terus berusaha bersabar menghadapimu. Aku ingin kamu menjadi orang yang lebih pandai bersyukur atas apa yang kamu miliki. Keluarga yang lengkap, kasih sayang yang mereka berikan yang selama ini tidak pernah aku dapatkan. Cukup aku saja yang tertekan. Kamu jangan. Aku sayang kamu.
          Aku benci di sepelekan. Seakan semua kata yang keluar dari mulutku kamu anggap omong kosong. Selama ini aku tidak pernah mengaturmu. Menuntutmu menjadi yang aku mau. Tapi tolong mengertilah sedikit. Wanita itu sensitif.
          Aku benar benar tidak percaya, dibalik sikapmu yang lemah lembut terhadapku. Yang selalu bisa membuatku tenang. Ternyata kamu adalah sosok yang paling aku benci. Aku sering bercerita bukan bagaimana kerasnya hidup yang aku jalani. Coba kamu bayangkan diposisiku. Kamu hanya kurang pandai dalam bersyukur.
         Aku tau mungkin kamu terpukul, banyak masalah bahkan rumah yang seharusnya menjadi tempatmu beristirahat tidak lagi bisa menerima keadaanmu. Kamu pasti juga kecewa, marah, kesal. Aku paham. Tapi bukan seperti ini cara yang baik menyelesaikan masalah. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu seperti ini? Aku cerewet karena kamu sendiri.
          Jangan kamu fikir aku ini tak ada hati. Jangan kau fikir juga ku kasih hati kamu minta jantung. Aku malu akan sikapmu terhadap keluargamu. Seakan aku memberi pengaruh buruk. Aku hampir menyerah. Aku hampir ingin pergi meninggalkanmu. Tapi aku berjanji dengan keluargamu aku akan berusaha membenahimu. Aku takut penyesalan suatu waktu nanti membuatku terpukul kembali. Apa susahnya aku cuma mau kamu minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
          Wanita mana yang sesabar aku? Mengatasi sikapmu yang seperti ini. Aku memaafkan kamu. Aku masih ingin memberi kesempatan untuk kamu berubah. Jangan kamu sia siakan lagi. Sudah cukup rasa kali ini yang kamu buat. Porak poranda. Bagaimana tidak? Keluargamu sampai angkat tangan karena kejamnya kamu. Tolong pahami aku sedikit saja.
          Mengertilah. Begitu sakit ketika orang yang kamu sayangi mengacuhkan dirimu. Seakan kamu tidak penting. Dianggapnya hanya sebagai hiasan. Tidak lagi di elokkan. Tapi aku sangat bersyukur tuhan memberitahu sikapmu yang sebenarnya sekarang. Agar aku tidak lagi salah pilih. Terima kasih malam ini. Untuk patah yang tak terduga. Dan cerita diluar rencana.

Selasa, 11 Februari 2020

InisialR Lembar 1

          Tidak terasa sudah tiga tahun. Tiga tahun yang lalu tuhan mempertemukan kita tanpa kesengajaan. Ditengah usia dan kelabilan kita. Melalui aplikasi chating kita di pertemukan. Aku yang playgirl dan kamu dengan kepolosanmu. Dengan mudah kamu percaya aku hanya benar benar mencintaimu saja. Aku bodoh perihal perkataanku sendiri. Kontak pertama kalinya kamu dengan lawan jenis. Melakukan percakapan melalui media sosial. Yang kamu bilang sebelumnya kamu belum pernah tertarik dengan perempuan satu orang pun. Aku benar benar tidak percaya.
          Berbulan bulan kita jalani sebagaimana teman yang baik. Kamu bercerita semua masalahmu, begitupun aku. Bertukar pendapat. Saling memahami satu sama lain. Kamu tau? Semua itu aku lakukan kebanyak orang. Bukan cuma kamu.
          Aku memang bukan perempuan baik seperti yang kamu fikir. Aku pernah mempermainkan banyak laki laki. Aku pernah tidak peduli dengan celotehan yang mereka sebut dengan cinta. Dari sekian banyak laki laki, jujur kamu itu berbeda. Dari awal kita berkenalan kamu sudah mengenalkanku dengan keluargamu. Meski hanya via telepon genggam. Ibumu menceritakan banyak hal tentang kamu. Dan aku tidak masalah ketika ibumu bilang kamu berasal dari keluarga sederhana. Dan dilemparnya banyak pertanyaan bagaimana aku menanggapi jika kamu berada di posisi terendah. Aku menjawabnya dengan lugas bahwa aku menyukaimu tanpa memandang apapun. Aku akan menemani kamu disetiap kondisimu. Aku berusaha meyakinkan keluargamu bahwa aku sangat serius. Tapi bagiku itu hanyalah alibi. Permainanku saja agar mereka memandangku baik. Masih butuh banyak seleksi untuk mendapatkan yang benar benar tulus. Sungguh aku minta maaf. Aku benar benar tidak sebaik yang kamu fikir.
          Seiring berjalannya waktu keluargamu mulai bisa menerimaku, mereka sangat baik. Banyak hal yang tidak aku dapatkan dari orang tuaku aku dapatkan dari mereka. Orang tua kedua, dan rumah kedua. Kasih sayang yang selama ini tidak aku dapatkan terwujudkan dari kamu dan keluargamu.
Mempunyai banyak saudara, membuat aku banyak terhibur dan merasa lebih tenang. Setiap datang masalah aku selalu ingin kembali kesana. Kembali kepelukanmu, kembali berkumpul dengan keluargamu.
          Kamu ingat waktu pertama kali kita bertemu? Saat aku sedang prakerin. Kamu rela menempuh berkilo kilo meter demi menemuiku saja. Andai kamu tau saat itu aku benar benar mempermainkanmu saja. Kamu pasti tidak akan melakukannya. Menunggu berjam jam karena aku tidak bisa dihubungi. Orang mana yang lebih sabar dari kamu? Aku ingin tau. Malam hari, hujan, kamu kedinginan. Mana aku peduli? Aku tidak pernah serius dengan laki laki. Bagiku semua laki laki bulshit. Mereka pandai berbicara tanpa bisa membuktikannya. Mereka pandai memainkan kata untuk merayu wanita tapi tidak dibuktikannya. Rayuan? Harta? Bahkan benda benda yang mereka berikan untuk memperalat perempuan, yang bagi banyak perempuan itu menarik. Aku sama sekali tidak tertarik. Berulang kali aku bilang aku hanya butuh bukti agar aku bisa benar benar yakin denganmu.

Rabu 21 Desember 2022 Disisa tahun ini, just want to have fun. Sudah tidak ingin lagi melakukan hal hal berat. Sudah ingin menutup buku penc...